Rabu, 16 November 2011

tak berjudul sepotong senjaku

Masih pada situasi dan posisi yang sama di podjok Hanura bersama sepotong senja (16.11.12)

Kembali menerjemahkan rasa yang ada dalam laras aksara sepotong senja....bukan sebagai bentuk pendramatisiran setiap peristiwa yang terpampang di layar kaca kehidupanku, namun hasil permenungan akan sebuah makna perjumpaan.

Tidak selalu diawali pada babak paparan dan perkenalan para pelaku pada opera...hal yang berbeda bisa saja terjadi... kisah itu muncul dan menjadi hangat pada tahap rumitan atau konflik (tapi ini pada opera)

Sementara yang kurasa dan kumaknai ini bukan pada opera atau sandiwara, ini nyata dalam layar cerita hidupku...
Dan beberapa kali memastikan bahwa ini bukanlah mimpi.....
Ehmmm....kucoba maknai setiap laku dalam babak hidupku, sekalipun tak jarang menguak lara masa suram yang tetap tak mau karam oleh deras dan kerasnya terpaan ombak...
Membangkitkan berjuta amarah, benci, dendam, juga cinta yang tak berkesudahan...ya, pada sebuah senja....

Dengan tertatih, coba kupaksa kedua kaki dan tanganku untuk kembali merangkah, berdiri, dengan harapan kembali bisa melangkah, berlari, menari bersama mimpi tentang sepotong senja....
Hanya harapan yang tertinggal, aku tak mau kembali gagal pada babak kisahku yang sama...
Tak muda bagiku bergegas, semenjak beberapa kali senyumku terbeli oleh ketidakadilan (menurut pendapatku)...
Mencoba memberontak pada keakuanku yang tak pernah bisa dngan tulus memaafkan ketidakadilan yang kurasa pada babak hidupku...

Sejak saat itulah, aku berteman dengan senja yang tinggal sepotong...
Berbagi kisah yang tlah banyak meninggalkan luka dan air mata..yang selalu meneLanjangi dan menjadikanku telampau kerdil...
Berteman sepi, berselimutkan mimpi kulewatkan sisa babak yang masih boleh kurasakan.
Tak begitu banyak berharap bahwa sepotong senja yang slalu kupuja itu benar ada.

Ah...sudahlah...tak perlu kutakutkan seberapa tajam kerikil yang menusuk-nusuk telapak kakiku, sementara batu yang begitu besar pun pernah meremukkan tulang kakiku..
Biarlah kini dengan tertatih kupapah langkah pada kebahagiaan mereka untuk dapat kembali  tersenyum.

(Tulisan ini terinspirasi oleh kamu yang sekarang  ada)
       cR!s't_tK dalam Sepotong Senja

Rabu, 28 September 2011

mengerti dan memahami (just do it ?!?!)

Hari ini, aku belajar banyak hal dari manusia-manusia yg kutemui, entah mereka yg hampir setiap hari kutemui, manusia-manusia yang brtemu dan akhirnya intim pada situs jejaring sosial, bahkan orang-orang yang hanya bisa kudengar suaranya dari balik speaker pada telepon genggamku (karena kesempatan tak selalu berpihak  mempertemukannya secara fisik)

Namun, satu hal yang bisa kupelajari, kahami, dan kumaknai bahwa Dia menciptakan kita dengan keunikan yang berbeda. Masing-masing manusia yg tlah tercipta masing-masing memiliki kelebihan (entah itu positif atau negatif). Itulah yang akhirnya akan membedakan kita di hadapan para mata.

Hari ini, satu keunikan sisi pribadi manusia yang kembali membuka alur kerja otakku adalah 'keegoisan' Salah satu sisi pribadi unik yang dmiliki manusia (pembedanya hanyalah kadarnya). Ketika aku dihadapkan pada sisi itu, di situlah aku belajar untuk tetap mengerti juga memahami.

Sisi kedua kenuikan yang kudapat sepanjang hari ini, 'survival' (bertahan hidup), tapi bertahan hidup kali ini bukan ketika kita dalam proses pendakian gunung, tapi lebih pada survival di tempat di mana kita berada. Kadang kala, untuk tetap bisa survival banyak hal yang manusia lakukan (bisa baik, bisa buruk), dan di situlah aku belajar untuk tetap mengerti dan memahami.

Sisi keunikan ketiga yang kujumpai hari in adalah 'kepemimpinan'. Namun, bukanlah semata kepemimpinan dalam sebuah lembaga/instansi (tapi lebih pada kepemipinan pada diri sendiri). Ketika kita mampu memimpin diri sendiri (sekalipun kadang tak adil), , kita akan mampu membawa sebuah tim kerja pada keberhasilan, dan di situlah aku harus tetap belajar mengerti dan memahami.

Sisi unik keempat yang kujumpasi sepanjang hari ini, 'kebesaran hari'. Namun, bukan semata mengacu pada kebesaran hati untuk memaafkan. Namun kebesaran untuk kita tetap berbagi dengan sesama, di situlah aku harus tetap belajar mengerti dan memahami.

Sisi kelima ini, setiap manusia pasti memiliki (sekali yang membedakan hanyalah kadarnya), yaitu 'kesetiaan'. Kesetiaan bukan hanya dengan pacar, pekerjaan, tugas dan tanggung jawab, namun lebih pada kesetiaan akan sebuah komitmen yang telah dibangun, dan di situlah aku harus tetap belajar mengerti dan memahami.

Sisi yang keenam (to be continue)

Crist_tK (28/09/11-00.00)
Masih sudut Hanura

Selasa, 20 September 2011

tak ada judul

berawal di sebuah kamar kecil tanpa barang² yg menarik untuk dilihat atau dinikmati, berdebu, dan bau tidak sedap. dia berkata "bisa idup juga loe disini?" menjengkelkan mendengar komentar itu tapi emang begitu keadaanya. dengan ragu² dia duduk di lantai yg berdebu, tidak nyaman memang. bercerita tentang kegiatannya sehari², sampai kehidupan pribadinya. tidak lama kemudian dia merasa tmabah tidak nyaman dengan badanku yg bau karena belum mandi seharian, dia menyuruhku untuk mandi (sebelumnya aku peluk dia ternyata dia mau dipeluk) senangnya hatiku bisa memeluk dia. waktu aku mandi ternyata dia sudah memebersihkan kamarku serta merapikan tempat tidurku, dan dia malah tertidur di kasur yg bau. tidak lama dia terbangun dan kami kembali menceritakan tentang kehidupan kami. ach... seru, sambil mendengarkan lagu reggae ciptaan temanku yg ternyta diperuntukan untuk temannya (seakan dunia sempit). setelah itu kami bersepakat untuk jalan² ke kota sekedar keliling kota.ech.. tanpa diduga ban motor kami bocor.. apes tapi ada positifnya jg kami jadi semakin dekat..jam menunjukan pukul 21.00 sudah waktunya mengantarkan dia pulang ke kostnya... dia memelukku dan matanya berkaca² sambil memelukku dengan erat... seakan dia menyimpan sesuatu yg berat.
waktu berlalu dengan cepat, kami semakin dekat dan saling mengenal... (part 1-4).
tapi aku akui kalau hubungan kami hanya hubungan yg sombong menghadang keadaan... seribu, sejuta bahkan lebih suka dan duka kami alami... kegilaan, hasrat, nafsu serta kesombongan menyertai kami. bukan amarah dan juga bukan benci tapi itulah kenyataan yg kami hadapi saat ini, yaitu sadar bahwa kami sulit atau bahkan tidak bisa bersama. entah kenapa?? mungkin kami sendiri tidak tau jawabannya..
agh... ini hanya sedikit kisahku dengannya yg bisa aku tulis... (gak punya teman crita). :D
hanya rasa rinduku padanya di pagi hari yg dingin dan sangat jauh..

semoga.. hidup kita bahagia.. semoga hidup kita sejahtera...
mizz u so.. n i love u so...
senja

Kamis, 15 September 2011

sepotong senja'pembunuh waktu'

Pada sisi ketidakberdayaanku sebagai seorang manusia, kubawa sedikit keluhku untuk sejenak mengaduh pada Sang Pemilik Sepotong Senja...

Bukan menjadi tak berdaya karena keadaan, tapi terkadang menjadi cengeng karena perasaan...
Seolah semua yang ada tak bersahabat, bahkan sepotong senja pun seakan tak jingga...

Hanya malam berselimutkan sepi yang kembali menenggelamkanku pada kesendirian

Sepotong senja di sudut balkon sepertinya tak nampak jingga petang tadi...
Biarlah kubiarkan sepotong senjaku, jingga tadi djemput derasnya tangisan alam.

Yang sejenak menyerukan 'aku merasakan laramu sepotong senja merah mudaku'



Balkon Hanura, di penghujung 14/09/11
Sebagai pembunuh waktu


(cR!s't_tK-431)


Jumat, 09 September 2011

Berbagi 'sepotong Senja' pada sang jingga merah muda

Pada suatu senja yang mulai menjingga, sejenak subingkai sepotret wajah senjaku pada selembar kain putih yang tak ubahnya lembar kafan. Namun, potret wajah senjaku tak pernah hilang indahnya, walaupun hanya separoh. Kutimang dan terus kutimang saat ia akan terlelap.Hust...jangan kau bunyikan azanmu, karena itu akan membuatnya terbangun. Padahal, belumlah lama potret senja dalam bingkai kain  terlelap dalam dekapan sang jingga. dan tak pernah lupa ia bisikan pada sang malam, jangan kau bangunkan dengan azanmu sebelum usai kubagikan sepotong senjaku pada sang jingga. Dan azan bersama malamnya pun bergegas meninggalkan potret wajah senja yang kian menjingga.


Kubagikan sepotong senjaku kembali untuk kau simpan.


Saat berada pada perempatan senjamu, 09/09/11_22.53

(cR!s't_tK-431)

Minggu, 21 Agustus 2011

ehm...


Ternyata matahari siang ini teramat terik dan menyilaukan mata. Tapi sesiang ini aku masih tak beranjak dari posisiku semalam. Sambil merenungresapkan apa yang kualami tadi malam. Mungkin setengah bermimpi di kala ku terjada, ku raih telepon genggamku dan kukirim pesan singkat ‘aku merindumu’ dank u coba ku pastikan ‘ akh itu pasti sisa mimpi yang belum usai semalam.
Masih tak yakin dengan apa yang terjadi semalam, ketika mentari mulai menggeliat, kusibakkan tirai kecil tepat di atas kepalalku. Dan memastikan bahwa semalam aku kembali memipikanmu dan mengirim pesan singkat tentang rinduku.
Tetap ku rebahkan tubuhku di atas papan kecil di kamarku dan ku putuskan tetap memeluk’nya’ erat dan berbarap kembali bertemu dengannya dalam mimpiku sampai terik menjemput dan menembus trails-teralis kecil di sudut kamarku yang membuat suasana kamarku menjadi lebih panas dan sumpek.
Sejenak pikiranku yang terkacaukan dengan panasnya suasana siang ini, ku buka-buka kembali seisi ponselku yang mulai lusuh karena perlakuan kasarku
Huft…cukup mencengangkan, melihat kotak keluar yang ada. Sontak menyadakanku dan memaksa kedua bola mataku membelalak memelototi dan mengeja setiap aksaradi dalamnya. Ya..semua yang terjadi itu bukan mimpi??
Dan masih tentangnya??

Mulai merasakan gejolakkecemasan, saat menjelang sore, ternyata tak satupun pesanku dibalas, karena tak seperti biasanya, dia membiarkanku menunggu selama ini. Tetap ku coba berdamai dengan perasaan dan suasana hatiku, “sibuk” hibur hatiku.

Sepanjang sore ini, ku habiskan liburku untuk berbincang dengan “teman baru”ku
Dan ternyata ku dapati jawaban, apa alasan aku menunggu selama ini.
Ya, aku mengerti!
Sudahlah, kembali menyadarkan dan memaksa hati juga perasaanku untuk segera nerkemas dan bergegas.
Akhirnya, kuputuskan beranjak ke kamar mandi dan membenamkan dukaku pada gemerciknya
Sang Pemilik Mimpi takkan membiarkanku melewatkan indahnya pelangi sesaat setelah hujan reda. Itulah keyakinanku.Sepenggal kisahku menyambut dan memaknai angka 14 dan tentangmu.


Hanura, 13.08.11
(cR!s;T_tK-431)

Rabu, 10 Agustus 2011

Menyempatkan sedikit waktu bertandang pada Sepotong Senjaku. Sedikit berbagi duka dan kecemasan dengan segala beban pekerjaan yang semakin menumpuk...
setidaknya sudut ini masih memberiku ruang untuk tetap semangat bergelut dengan rasa dan aksara. 

Senja kali ini cuku dengan sedikit kegundahan.

cRis't_tK
Petojo, 10 Agust 2011

Rabu, 03 Agustus 2011

Sejenak Sebelum Senja...

Berdiri pada satu sisi ketidaktahuanku, kucoba meraba dan melangkah dalam kegelisahan asa yang kian memudarkan senja. Tiada henti kupandangi senja yang perlahanm mulai meredp dan menenggelamkan seberkas asa juga laraku. Ya...berharap esok dapat tetap kusapa dan kujaga senja yang pernah kubagi untuk kau pinjam.

Masih tetap saja kau merengek meminjam senjaku,...Padahal belum pernah kuminta senja yang kau pinjam dariku. Berharap kau ingat untuk segera mengembalikan Sepotong Senja yang pernah kau pinjam.

Akh...tak kuasa kudengar rengek pintamu. Berdengung terus berdengung... Tapi mengapa tak segera kau sadari, aku pun ingin membungkus untuk kubawa pulang dan kusimpan Senja yang hanya Sepotong itu??

Padahal, hari semakin senja...namun senjaku belum juga ku dapati. Lalu apa yang harus kukatakan padanya, ketika dia menanyakan "Di manakah sepotong senjamu?"
Karena aku pernah berjanji untuk menimpan dan menyembunyikan Sepotong Senja itu di pelupuk mataku.


Ketika aku pulang nanti, aku harus membawanya walau tak utuh lagi Sepotong.

Petojo_3/08/11 at.17.35

_cRis'tK_

Senin, 21 Februari 2011

Bukan Hanya Rasa, tapi Logika!!

Malam ini mungkin tak banyak yang bisa kubagkian, karena memang hanya ada beberapa moment penting sepanjang hari tadi dalam kisah perjalananku. Namun, setidaknya ini tadi yang semakin menguatkan bahwa aku yakin dengan apa yang telah kupilih. Sore ini, Tuhan hadirkan perempuan tangguh itu dalam kisahku...Benar-benar nyanyian pejalannya mambuat dia layak disebut 'peremuan segala medan'. Sungguh sosok, yang benar-benar inspiratif dari kisah perjakanan hidupu. Dia bukanlah ibuku atau saudara perempuanku...tapi mungkin melebihi keduanya. Buakn pula aku ingin menjadi seperi dia, karena setiap pribadi memiliki karakter sendiri-sendiri.
Begitu pula dia...!!! Keyakinan dan hati kecilku kali ini tak salah lagi. Dia memang sosok yang luar bisa.Salut untukmu, kawan!!!
Lebih dari separuh perjalanan hidupnya penuh dengan kepahitan dan air mata, bahkan luka dan kecewa. Di latarbelakani keharmonisan 'bukan keluara cemara'', tapi itulah yang membentuk pribadinya yang cadas, tangguh, dan luar biasa. Ini bukanlah kebangganku akan sosoknya, tapi  inilah kisah perjalanku yang terinspirasi dari keutuhan dia sebagai seoran anak, kekasih, istri, bahkan ibu. Beruntung, pada kehidupan ini aku dipertemukan dengannya, bukan karena kebetulan. Tapi inilah yang telah dituliskan dalam garis tangan kami.
Sore tadi, tetap  itemani segelas kopi hitam, suka duka perjalanan kami tumpahkan. Rupanya, dia mampu merasa-rasakan apa yang tengah kurasakan. Tak jauh berbeda ternyata, hanya pada situasi dan suasana yang tak lagi sama. Entahlah ini sebuah dinamika penghantar senja, atau lebih pada celoteh cerita di kala senja..apapun itu aku sangat menikmatinya.
Kisahnya benar-benar menjadi cermin, bagi yang pernah merasakannya. ya...mungkin hanya kami yang bisa merasakan (bukan sekedar simpati atau empati), karena memang benar itu kami alami.
Sama-sama berangkat dari masa lalu yang (kami) anggap tidak menyenangkan, pribadi kami semakin dibentuk. Sampai pada perbincangan kami sore tadi, sekalipun hanya melalui teknologi canggih. Tapi aku mampu merasakan hadirnya di tempat ini, berada di dekatku dan merangkulku...dan mengusap air mataku.
Tanpa kami sadari, senja pun berlalu begitu saja. dan (kami) tak merasa lagi tersisksa ketika senja mulai bergelayut di sudut cakrawala. Semakin aku bisa memahami semua 'celoteh'nya kala itu..
Kini, aku tak lagi merasakan betapa dinginya malam atau betapa sunyinya sudut kamarku, karena tlah kembali ku temukan duniaku.. Ya, di ujung jariku ku temukan duniaku.

Tak berasa, malam pun mangharuskan kami menyelesaikan obrolan via chatroom. Tapi itu bukanlah masalah bagiku, karena apa yang ingin kutanyakan tlah kudapat jawabnya. Dan aku mengerti sekarang alasan mangapa dia pergi. ya, kurang lebih sama, (kami) ingin menjadi dirir (kami) dan karena kami menyangimu..

Terima kasih untuk sejenak senja ini bersamamu, kawan..
Aku akan tetap melihat jejak yang pernah kau tinggalkan,
"Bukan hanya dengan rasa, tapi juga logika!!"

Hanura, 21022011/11,01
cRist_tK

Minggu, 20 Februari 2011

rindu suling bambumu...

Sore sebelum kuputuskan untuk mandi, baik mungkin sedikit berbagi dari balik jendela dunia maya...
Sepanjang hari ini, mungkin tak genap seratus kali kaki kulangkahkan, karena memang hanya turun ke lantai 2, 1 trus balik lagi ke lantai 3. Selebihnya kuhabiskan sepanjang weekend ini di ruangan yg selalu dipenuhi aroma telon. Ruangan yang menjadi tempatku berbagi suka duka dengan seisinya. Membenamkan semua rasa bahkan menghabiskan sepanjang hari hanya untuk tidur.

Sambil merasa-rasakan coklat di gelasku yang tak lagi hangat (karena memang sudah beberapa jam yang lalu kubuat), tapi tetap saja nikmat dan sedikit bisa membuat pikiran rileks...Sesekali, menjelang sore tadi beberapa burung hilir mudik, berkicau dan sempat beberapa kali bertandang ke jendela kamarku.. Uey...jernih sekali suaranya. Ya setidaknya bisa menggantikan backsound winampku ato nada sms dari telpon genggaku yang sepanjang hari ini sedikit lebih tenang.

Benar-benar sore yang selalu ku tunggu, ketika waktu itu di hadapan kami telah tersedia secangkir teh hangat dan kopi hitam (karena dia tak pernah mau merasakan nikmatnya kopi). Selalu mencoba menghabiskan senja bersama, dengan engah nafasnya tersengal, karena kepul asap rokoknya yang sudah mirip dengan kepala loko. Tapi itulah, sosoknya yang selalu membuatku tak takut pada apapun. Pribadi yang mampu mengabsikan seluruh hidupnya untuk sebuah keyakinan, kelak keturunanya akan mengantarnya dalam senyum  (mungkin akhir hayat yang dia maksud)..
Sama seperti sore ini, berdenging di telingaku celotehnya 13 tahun lalu..."matahari akan selalu membawa pulang anak-anak burung"
Kini, aku bisa memaknai pesan itu. ya..sarat dengan makna....

Memang tak banyak yang dia ajarkan, tapi teladan itulah yang membimbing kami keturunannya.
Ketika mentari terbenam di batas cakrawala...Burung-burung pulang ke peraduannya..Hembus angin malam membisikkan betapa teguhnya raga yang telah kuyu itu.

Seluruh angan dan mimpiku bersamanya. Bercengkerama di kala senja sore ini.
Merindukan nafas tersengalnya...Mendambakan aroma tubuhnya yang bercampur dengan asap rokok..
Sungguh aku merindukannya...yang selalu menceritakan kepada keturunannya dongeng kancil dan pak tani...
Sama seperti senja ini, ketika terdengar suara azan di surau dekat hunian kami...
Suasanapun akan kembali hangat, ketika ia memanjakan telinga kami dengan serulng bambu atau harmonikanya...

Ya, aku merindukanmu...
Sama seperi senja 13 tahun lalu...
Aku merindukan derap langkamu yang mendekati tempat tidur kami, ketika kau tahu sebenarnya kami tak mau sebera terlelap...
Aku merindumu...sungguh merindukanmu...
Kukirimkan rindu ini lewat senja sore ini,
dengan untaian doa semoga Sang Pemilik Senja segera membuatmu kembali tersenyum.
Cepat sembuh, Bapak...Aku merindumu.

Senja di Hanura, 19.34

Selasa, 15 Februari 2011

SEBUAH PILIHAN KAH (aku) ??

Hari kasih sayang belum juga berlalu. Coklat pun belum habis lumer di mulutku. Sudah dihadapakn pada sebuah realita yang menuai pro dan kontra. Bagi sebagian orang kasih sayang harus selalu diungkapakn dengan coklat, boneka, atau setangkai mawar (maaf, kalau tidak setuju). Namun, tidak bagiku! Setiap hari pun adalah kasih. Ketika kita tersenyum pada orang lain, ketika kita berucap terima kasih, bahkan kerika kita memilih. Semua itu adalah ungkapan kasih.
Semua orang berhak berbendapat. Sama halnya, setiap orang berhak memaknai hari kasih sayang itu harus diungkapkan dengan apa.  Semua kembali pada diri kita yang akan menjalani. Sejenak diingatkan pada catatan perjalanan sahabatku bahwa “di ujung tinta kulukis duniaku, bukan dari kau, dia, bahkan mereka”. Ya…kembali pada sebuah pilihan. Pilihan yang akan membawa ke mana arah yang puncak yang akan kita tuju.
Menjadi dewasa pun menurutku sebuah pilihan. Pikiran kita lah yang punya andil paling besar dalam peristiwa ini. (terserah mau sepakat atau tidak). Ketika kita memilih akan tetap seperti seorang anak kecil, ya kita tentunya akan tetap bersikap seperti mereka dengan segala problematika seorang anak. Namun, ketika kita memilih untuk menilik setiap peristiwa dari sisi positif dan negatifnya, saat-saat itulah kita perlahan berkembang menjadi pribadi yang semakin matang.
Ya, itu tadi hanyalah sebuah wacana yang sempat kuhadirkan dalam perbincangan dengan teman lamaku. Sepertinya, kami pun memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda, tetapi kembali lagi pada pembicaraan awal. Itu tadi sebuah pilihan.
Tak jarang juga, kita merasa bingung ketika dihapakan pada sebuah pilihan. Ya, itulah kita. Ketika dihadapkan pada sebuah pilihan, sisi keduniawian kita muncul. Ibarat pertemuran, mana yang akan kita menangkan. Rasa sebagai nafsu atau rasa sebagai ketulusan??
Ya, sudahlah…dari pada semakin terlalu jauh kita terbawa situasi akan banyaknya pilihan dalam hidup, lebih baik kita maknai pilihan yang telah kita pilih dengan kesunggunan dan katulusan. Apapun itu! Selamat menentukan pilihan!
Hanura, 16 Februari 2011/ 11.26 p.m.

Minggu, 13 Februari 2011

cerita tentang c i n t a

Malam hari kasih sayang,
malam di mana akan menjadi peristiwa penting dalam perjalan hidupku
Masih ditemani kesendirian dan kesepian yang bergelayut di langit-langit kamar.
Memaknai setiap perjumpaan dengan harap tak kan ada perpisahan.
Namun, apalah semua itu.
Sudah tergariskan seperti itu.
Setiap perjumpaan pasti akan berakhir pada perpisahan.
Bagi sebagian orang, hari ini akan menjadi hari penuh cinta dan kasih sayang.
Tidak bagiku! Setiap hari yang kulalui adalah cinta dan kasih sayang.
Terlebih hari ini. Hari di mana tlah kutambatkan hati pada sebuah hati.
Pada 12 pergantian musim yang tlah berlalu.
Kisah ini masih kugenggam dan kusembunykan di pelupuk mataku…
mengenangnya dalam setiap lelap tidurku,…………..
………………..memeluknya dalam setiap detak nadiku,….
…………………….menyimpannya dalam setiap senyumku,
dan membawanya dalam setiap langkahku.
Ehm….
bertemu lagi dengan angka 14,
 setelah 12 pergantian musim yang tlah berlalu….
Cerita itu masih sama.
bukan cerita c i n t a
tetapi cerita tentang
c i n t a.
cRist_tK
(08.21)

Senin, 07 Februari 2011

tetap selasa...

Apapun yang terjadi, besok tetaplah Selasa. Setidaknya itulah ungkapan yang tepat untuk saat ini. Bukan semata memberikan semangat pada diri sendiri, tetapi lebih pada melihat dan berfikir ketika keinginan tak sejalan dengan realita atau sebaliknya. Akan terasa berat memang, tapi kalau bukan kita yang keras pada diri sendiri, akan sampai kapan kita terluka dan merasa tak berarti ? Merasa tak dianggap atau apalah istilah yang pas (karena kali ini aku tak memiliki perbendaharaan kata yang tepat untuk istilah itu). Mencoba untuk tidak larut dalam kesedihan. Itu yang dulu pernah dia ajarkan padaku dan kini hal itu ku lakukan untuknya. Mencoba untuk tidak terjebak dalam parmainan yang ia ciptakan. Merasakan manis walau sebenarnya pahit. Memaksa tetap tersenyum, walau tak jarang menitikkan air mata.

Semua itu mampu kulakukan tanpamu. Bahkan untuk tidak membuka acount yang bertuliskan namamu pun harus ku lakukan. Menikmati kesendirian yang kau ciptakan. Membunuh rindu yang slalu kau hadirkan...

Dan tetap yakin bahwa Tuhan itu baik.. Dia akan tetap menjagaiku, apapun kondisinya..
Malam ini aku merindukannya, dengan segala tingkahnya. dengan segala yang dia punya,...
Tapi, apapun rasa yang kupunya untuknya....dia tlah pergi...

dan kembali mengingatkanku...
"apapun, dengan atau tanpa siapapun besok tetap hari Selasa, Nong"

Ya, besok tetap Selasa, 8 Februari 2011.-terima kasih-

kembali...

Mendekap erat bayang masa lalu yang kian menenggelamkanku dalam kesendirian...
Membungkus semua rasa yang masih tertinggal dan membenamkannya dalam ruas duka penghantar malam...
Membunuh semua mimpi bersama sepi yang semakin lekat berselimutkan malamku...

Sisi yang pernah kau penuhi. kini terlihat kembali tak bertuan, tanpa raga, tiada lagi jiwa.
Sejenak bernostalgila pun tak lagi membawamu kembali utuh dalam imajiku..
Segenggam rindu yang kupunya pun tak mampu lagi kurasakan
Kembali teringat bahwa semua itu akan kembali mengkristal dan akhirnya berujung derai air mata..

Melawan semua rasa yang masih tertinggal
Membunuh semua keinginan, perasaan, dan mimpi untuk tetap bersamamu...
Hatiku yang kini tinggal  separuh pun mencoba tetap bertahan
Walaupun harus mengubur dan membenamkan semua mimpi yang pernah terbangun
megah di atas ketulusan hati yang ku punya..

Kini, aku kembali..
menjemput dan membawanya....
Tak banyak yang berubah..
hanya satu...
Aku kembali
tanpa apa dan siapapun..

Jakarta, 07/02/11_ 9.59 p.m.

dinamika senja...

Gerbong 7 beralaskan selembar harian yg tlah usang....

Mencoba berdinamika dgn sekelilingku yg semua mau memenangkan egonya....
Semua dgn tujuan yg sama 'aku ingin segera pulang'
pembicaraan bukan lagi hangat, tapi berbalik panas dgn tanpa sirkulasi udara yg memadai...
Itulah yg sempat kami rasakan...
Rasa toleransi dan iba pun tak lagi terasa di selah2 gerbong yg sesak dgn seribu kepentingan...
Masih mencoba berdinamika dgn sekelilingku....
Dan kembali terdengar 'ini kah yg pantas untuk kami?'...
Mencoba untuk tetap berkompromi, krn kami punya hak yg sama...

Dapat kurasakan sejenak pengorbanan mereka...
Untuk sebuah harapan...
Untuk sebentuk hati...
Bahkan
untuk sebuah kehidupan yg lebih layak....
Ya...semua ini tersaji dalam menu istimewa PJ KA....
Inilah oleh2 yg bisa kubagikam...untukmu, untuk kita, dan untuk kalian yg tak pernah merasakan liburan kami, kaum kusam....

Kamis, 03 Februari 2011

tertawa lepas…
hmmm... masih teringat senyum, tawa, tangis, dan smua tentang kami berdua. Entah berawal dari apa dan siapa yang memulai. Masih teringat dengan jelas semua yang pernah kami lakukan bersama. Walaupun sepintas perjalanan kami sangat berat, melelahkan bahkan menjemukan tapi sebenarnya sangat indah, menyenangkan tanpa ada duka. Penuh petualangan baru, pelajaran baru yg sangat berharga.

Jika dilihat lebih dalam lagi sebenarnya kami berdua telah benar2 "telanjang" menjadi diri kita apa adanya, menumpahkan semuanya, melepaskan beban yang pernah ada sebelum kami bertemu. Ya.. selama 2 thn ini sbenarnya kami sudah menjadi diri kita sendiri. Segala amarah, duka, kesendirian yang selama hidup kami tersimpan rapat-rapat dalam diri kami masing-masing dari semenjak lahir sampai detik ini dilepaskan dan ditumpahkan dalam ruang cinta dan kasih sayang. Masing-masing dari kami berdua telah berhasil menjadi media untuk melepaskan semua itu.

Baru kami sadari disaat kami benar² berada dalam jarak yang sangat jauh hampir tidak terlihat. Hal yang dahulu belum bisa kami lakukan bersama org lain, selama 2 thn ini kami bisa bebas melakukannya; berani menyatakan perasaan sakit, luka, senang ataupun melakukan hal yang menurut diri kami masing-masing baik dan sesuai dengan kata hati kami tanpa takut dikekang oleh orang lain ataupun diantara kami. walaupun menurut salah satu diantara kami hal itu buruk bahkan menyakitkan tetapi tetap saja kami berani melakukannya. kebebasan adalah hal yg paling diimpikan oleh setiap makhluk hidup dan selama 2 thn lebih ini kami berdua telah membuktikannya. Banyak sekali cahaya yg begitu gemerlap di sekitar kami dan kami sempat menghampirinya tetap saja sampai lonceng natal kali ini berbunyi cahaya itu tidak memberikan kebebasan yang sesungguhnya. Jika sepintas cahaya diluar itu lebih hangat atau sesejuk embun pagi, lebih terang; hati kecil kami berkata bahwa pelukan kami berdua lebih hangat, perkataan kami lebih menyejukkan dan menenangkan, dan hati kami berdua lebih bisa saling menerangi dengan jelas.  ( tidak percaya? tanyakan pada hati kecil kami berdua..!!!) tidak saling mengalahkan tetapi saling memenangkan, itulah yg telah kami lakukan 2 thn ini.

Tetapi takdir sering tidak berpihak pada semua makhluk hidup. Keinginan untuk terus melanjutkan apa yg telah dirasa baik suatu saat bisa berakhir. Itulah yang mungkin saat ini sedang kami rasakan. Berpisah adalah kata yang sedang menghantui kami tetapi jika kita melihat lagi apa itu membebaskan, kami juga akan saling memberikan kebebasan pada diri kami sendiri untuk memilih berpisah.. dan sekali lagi ini bukan pilihan tapi ini takdir untuk bebas memilih kata berpisah. Tapi kami yakin kami berdua akan baik baik saja. Sebab kehangatan, kesejukan, dan terang itu tidak akan pernah hilang dalam hati dan pikiran kami sampai kapanpun.


"jika kita berdoa meminta kepada Tuhan untuk diberikan kesabaran, apakah Tuhan memberikan kesabaran, atau apakah Tuhan memberikan peluang untuk kita menjadi sabar?"
"jika kita berdoa meminta kepada Tuhan untuk diberikan kebebasan, apakah Tuhan memberikan kebebasan, atau apakah Tuhan memberikan peluang untuk kita menjadi bebas?"


"dan jika kita berdoa meminta kepada Tuhan untuk diberikan cinta, apakah Tuhan memberikan cinta, atau apakah Tuhan memberikan peluang untuk kita saling mencintai?"

.... terima kasih kepada Tuhan yang telah menciptakan kami berdua dalam kurun waktu dimana kami bisa bertemu dan saling berbagi...

-senja jingga-

301210







Pasca luka yang teramat perih itu, 3 Februari 2011/ 22.51


Masih tetap mencoba berdinamika dengan semesta dan memaknai segenggam rasa yang selalu hadir, menghantui langkah terakhir perjalananku di penghujung bulan pertama di tahun ini. Sepenggal kisah itu, kini menutup semua lembar kisahku. Yang tertinggal hanyalah luka, air mata, kehilangan, dan kekecewaan yang teramat dalam. Semua mimpi itu kembali terkubur untuk kesekian kalinya.  semua yang pernah kujaga, tak mampu lagi kupertahankan, karena luka itu.  Dan kini, nyali itu kembali menciut bahkan tak tersisa lagi. Yang tertinggal kini hanyalah  ketakutan. Layaknya seekor anjing yang tak pernah berani berlari di kala hujan turun atau keluar di malam pergantian tahun, karena derunya suara kembang api.
Malam yang malas menggeliat pun kembali ingatkanku akan peristiwa sendu itu. Bukan lagi sahabat, saudara, keluarga, bahkan sejoli. Entahlah apa kini pertalian itu… Hatiku pun tak mampu menelaah lebih jauh lagi pertalian itu. Yang ada kini hanyalah kesendirian yang membenamkan raga dan hatiku.
Kehilangan lentera tetkala temaram senja menjemput sang mentari… itulah yang terjadi

to be continue….

Rabu, 26 Januari 2011

rasa ini tak salah

Di kala senja yang tinggal separoh, 26 Januari 2011


Tak bisa kupungkiri...


aku merindukannya...


hanya dia....

Minggu, 23 Januari 2011


Sayu terdengar suara gadis kecilku 
"Hujan sudah reda. Mana pelangi seperti yang pernah ayah ceritakan?"

kembali memeluknya erat dan merasakan detaknya.

(pada suatu Senja, di hari kasih sayang 2009) 
memikirkanmu, kita, dan masa depan yang akan kita bangun kelak...
tentang bagaimana membangun pondasi di atas pasir...
tentang indah yang pelangi hadirkan sesaat setelah hujan reda...

semua ini tentang harapan dan pengorbanan...
berada di tempat terasing hanya berasma bayangmu...
namun, hati dan cintamu tlah kurengkuh seutuhnya...
mencintai dengan sederhana seperti yang kau mau
memiliki hanya ketulusan dan separuh hidupmu.

Berbagi denganmu
melewatkan pergantian masa...
merangkai sebuah harapan dan mewujudkannya

dengan semua yang kita miliki.
hanya ada aku dan kamu.
 dan impian kita yang sederhana
di tempat yang sederhana....

Terima kasih bijaksana...
_23/01/2001_23.54 p.m

Senin, 17 Januari 2011

Inilah rinduku...

Berada pada satu ruang tanpa penghuni..
Semua kembali menjadi begitu asing, tak mampu ku kenali satu per satu tiap sudut ruang ini.
Bukan mengerjakan sesuatu yang rumit dan berat, namun menguras suluruh kerja otak, pikiran, dan perasaan. Semua tercurah pada tiap sudut ruang yang tengah kuhuni..
Bukan juga tanpa alasan ragaku terdampar pada persinggahan tak bertuan ini.
Bukan juga karena terlalu banyak alasan, aku berada di sini…di ruangan ini.
Ini bukanlah rasa, juga bukan harapan.

Dengan segala resa dan kesah, ku benamkan seluruh dukaku di senja ini. 
Seolah semua tak mampu lagi berkompromi. 
Kawan menjadi lawan, saudara tak lagi berkawan, lawan semakin melawan. 
Ehm…alur logika dan perasaan semakin berlawanan arah. 
Dan semua itu selalu samar pada sepasang senja. 

Terlintas seribu peluh yang tlah dia cucurkan untuk sebuah harapan, kelak senyum kan mengiring kepergiannya.
Mencoba bertahan untuk sebuah senyum yang tlah ia gantungkan,
untuk seluruh hidup yang tlah ia korbankan,
untuk semua air mata yang tlah ia teteskan
dan untuk sebuah semangat  yang tak pernah ia padamkan....

Tak lain, semua ini kulakukan untuk sekeping raga yang kini nafasnya semakin tersengal...
Senyum yang kau mau kan kuwujudkan,..
Semangat yang kau tularkan, kan terus kulanjutkan...

Sampai pada sesimpul senyum yang kau damba.

Inilah kerinduanku...
........dan...........
Inilah rinduku...
pada dongeng yang selalu kau bagikan
tatkala senja tak lagi bersama-sama dengan kita
melanjutkan mimpi dan senyum yang tlah kita bangun,
bersama seluruh harapan akan masa depan.
senyum...
senyuman...
dan...
tersenyum...

    aku,    kau,    dan       kita.......

                            .......untukmu
"terima kasih untuk masa kecilku"
 "terima kasih untuk senyummu" 
"terima kasih ayahku"

-17 01 2011-

Rabu, 05 Januari 2011

Ku temukan sebuah jingga tak bersenja...

Di ambang senja, berkas selaksa sirna….
Dan…langkahku terperanjat dalam sebuah JINGGA.
Dalam jingga tersirat sebentuk sinar yang membuatnya menjadi begitu megah. Menjadikannya tak kuasa lagi terelakkan. Teramat indah kilauan yang sang jingga….

Tiba-tiba tak ada lagi sebuah jingga di sudut temaram senja,
Yang tertinggal hanya sebuah sungging di sudut sumbing…
Akh…aku teregun, mengapa, kenapa???
Sisi senjaku berbisik...”kau padam”

Inikah senja?
Inikah jingga?

Sejenak alur nalarku berhenti, inikah hidup?
Hidup sebuah jingga?

Apa itu senja? Apa itu jingga?
Adakah senja dan jingga itu?
Siapa senja? Siapa jingga?
Di manakah mereka bersinggasana?

Semakin tak teraih oleh jerit dan julur alurku, karena senja dan jingga kembali mejadi sama.

Batas senja dan jingga tak lagi terlihat, jingga mulai tersamar, dan senja mulai menjingga.  Ku temukan sebuah jingga tak bersenja,,,,

Tapi, di sudut kota, di sebuah balkon, ada sepotong senja
Tak lagi jingga, Diam.

menanti

Posted by Picasa
...untaian tentang...

                                         (siang hari dengan ditemani gitar dan segelas kopi)
 

Tentang keindahan yang pernah aku sentuh dengan ujung jariku
Tentang dingin yang pernah membalut kulitku
Ini memang tentang kisah yang pernah di lukis di kanvas yang adalah milikku
Tentang pohon raksasa yang pernah tumbuh di dalamku
Tentang bangunan tua yang pernah menjadi rumahku
Tentang syair yang pernah menjadi lagu-lagu pengantar tidurku
Tentang ciuman memabukkan yang pernah mengunjungiku
Ini memang tentang langit biru di alam kecilku
Ini tentang betapa harumnya pagi-pagi yang pernah kulewati
Tentang asinnya air laut yang pernah aku kecap
Tentang api yang pernah menjadi bayanganku
Sungguh, ini tentang cinta yang pernah ada di layarku
Ah..., hanya tentang indah yang sederhana
Ini tentangmu...
Ini cerita tentang rinduku
terima kasih senjaku 
aku merindu
-jingga-

ingin mencintai


Aku ingat kau yang mencintai langit setelah selesai hujan.
"Seperti ada puisi menguap dari rumput, mohon dibacakan."

Pada pelangi sebentar, bisikmu gemetar, "langit usai hujan,
bisakah kau ajari aku menertibkan angan. Aku kedinginan."

Aku ingat kau yang seperti enggan mengunci jendela kamar,
sebelum kubacakan puisi, hangat jingga senja makin samar.